Sodiqi.com - Kehidupan generasi muda di era digital tidak bisa dipisahkan dari gadget dan media sosial. Kedua hal ini menjadi bagian keseharian yang memengaruhi pola pikir, interaksi sosial, hingga pembentukan karakter.
Namun, penggunaan yang tidak bertanggung jawab berpotensi memicu perilaku menyimpang, seperti cyberbullying, kecanduan gadget, atau penyebaran konten negatif.
![]() |
Ilustrasi Perilaku Bullying - Sumber: Jerry Zhang on Unsplash |
Untuk mencegah hal ini, upaya preventif yang tepat harus fokus pada pembangunan kesadaran dan kemampuan remaja dalam menyaring informasi, bukan sekadar menghalangi akses atau memberi hukuman.
Kehidupan di era digital tidak terlepas dari gadget dan media sosial yang digandrungi generasi muda. Perilaku deviasi remaja sangat mungkin terjadi jika pemanfaatan gadget dan media sosial tidak sesuai. Upaya preventif yang paling tepat dilakukan untuk mengatasi permasalahan di atas adalah ....(A) melakukan pemblokiran pada akun media sosial yang negatif(B) mensosialisasikan untuk bijak dalam menerima segala informasi(C) menangkap pegiat media sosial yang terindikasi menyimpang(D) menggunakan tepat guna untuk hal kebaikan dan positif{alertSuccess}
Mengapa Opsi (B) Paling Tepat?
Pendekatan Edukasi Lebih Berkelanjutan
Memblokir akun negatif (opsi A) atau menangkap pegiat media sosial (opsi C) bersifat reaktif dan temporer. Konten negatif bisa muncul kembali dengan bentuk berbeda, sementara penangkapan hanya mengatasi gejala, bukan akar masalah.Di sisi lain, sosialisasi bijak bermedia sosial membekali remaja dengan keterampilan kritis untuk membedakan informasi bermanfaat dan berbahaya. Misalnya, mengajarkan cara verifikasi fakta, memahami batas privasi, serta etika berkomunikasi di dunia digital.
Meminimalisasi Risiko Perilaku Menyimpang
Remaja yang paham cara menggunakan media sosial secara sehat cenderung tidak terpengaruh konten provokatif atau hoaks. Mereka mampu mengontrol waktu penggunaan gadget dan memanfaatkannya untuk kegiatan produktif, seperti belajar atau mengembangkan kreativitas.Hal ini sejalan dengan opsi D ("menggunakan tepat guna untuk kebaikan"), tetapi opsi B lebih spesifik karena menekankan kemampuan internal remaja dalam mengambil keputusan, bukan sekadar anjuran "gunakan untuk positif".
Membangun Ketahanan Mental Digital
Sosialisasi bijak bermedia sosial tidak hanya tentang "apa yang boleh dan tidak boleh", tapi juga melatih remaja menghadapi tekanan seperti perundungan siber atau eksploitasi data pribadi.Dengan pemahaman ini, mereka bisa melindungi diri sendiri dan orang lain tanpa bergantung sepenuhnya pada intervensi eksternal seperti pemblokiran.
(C) Menangkap Pegiat Media Sosial Menyimpang: Penegakan hukum memang diperlukan, tetapi ini bersifat kuratif (mengatasi setelah kejadian), bukan preventif. Penangkapan juga tidak menjamin remaja akan otomatis terhindar dari pengaruh negatif.
(D) Menggunakan Gadget untuk Hal Positif: Meski berniat baik, opsi ini terlalu umum dan tidak menyentuh aspek bagaimana cara remaja memilih konten positif. Tanpa pemahaman kritis, mereka tetap rentan terpapar informasi salah.
Mengapa Opsi Lain Kurang Tepat?
(A) Pemblokiran Akun Negatif: Tidak efektif karena konten serupa bisa muncul melalui akun baru atau platform berbeda. Selain itu, remaja tetap berisiko terpapar jika tidak memiliki kesadaran untuk menghindarinya.(C) Menangkap Pegiat Media Sosial Menyimpang: Penegakan hukum memang diperlukan, tetapi ini bersifat kuratif (mengatasi setelah kejadian), bukan preventif. Penangkapan juga tidak menjamin remaja akan otomatis terhindar dari pengaruh negatif.
(D) Menggunakan Gadget untuk Hal Positif: Meski berniat baik, opsi ini terlalu umum dan tidak menyentuh aspek bagaimana cara remaja memilih konten positif. Tanpa pemahaman kritis, mereka tetap rentan terpapar informasi salah.
Ikhtisar
Upaya preventif paling efektif adalah membentuk literasi digital yang kuat melalui sosialisasi bijak bermedia sosial.Pendekatan ini memberdayakan remaja sebagai subjek yang mampu mengontrol diri, bukan objek pasif yang hanya dicegah atau dihukum.
Dengan demikian, generasi muda bisa memanfaatkan teknologi secara bertanggung jawab sekaligus mengurangi risiko penyimpangan perilaku di dunia digital.