Bentuk-Bentuk Persekutuan Regional Berdasarkan Beberapa Kajian Tentang Perwilayahan

Sodiqi.com - Persekutuan regional adalah bentuk kerja sama antarnegara atau antardaerah dalam suatu kawasan geografis tertentu untuk mencapai tujuan bersama, mulai dari ekonomi, keamanan, hingga pelestarian budaya.

Konsep ini tidak hanya mencerminkan kebutuhan pragmatis, tetapi juga respons terhadap karakteristik unik suatu wilayah, baik alamiah, sosial, maupun politik. Berbagai kajian perwilayahan menunjukkan bahwa bentuk persekutuan regional berkembang sesuai dengan tantangan dan potensi khas yang dimiliki suatu kawasan.

Blok Ekonomi

Salah satu bentuk persekutuan regional paling umum adalah blok ekonomi, yang bertujuan meningkatkan integrasi perdagangan dan investasi. Contoh klasik adalah Uni Eropa (UE), di mana negara-negara Eropa menghapus hambatan tarif, menyelaraskan regulasi, dan mengadopsi mata uang bersama.

Menurut kajian ekonom seperti Balassa (1961), integrasi ekonomi regional seperti ini biasanya dimulai dari zona perdagangan bebas, lalu berkembang menjadi pasar tunggal, dan mencapai puncaknya dalam bentuk uni ekonomi-moneter.

AIPA 2024 - Sumber: Government of Indonesia. BPMI Setpres/Muchlis Jr, Public domain, via Wikimedia Commons

Di Asia Tenggara, ASEAN Economic Community (AEC) menjadi contoh adaptasi lokal. Meski tidak seintens UE, AEC fokus pada pembangunan rantai pasok regional dan peningkatan daya saing kawasan melalui skema seperti ASEAN Single Window. Keberagaman tingkat perkembangan ekonomi negara anggota membuat bentuk kerjasamanya lebih fleksibel, menyesuaikan kapasitas masing-masing.

Persekutuan Keamanan

Bentuk kedua adalah persekutuan keamanan, yang lahir dari kebutuhan mengatasi ancaman bersama di suatu wilayah. NATO (North Atlantic Treaty Organization) di Atlantik Utara dan SCO (Shanghai Cooperation Organization) di Asia Tengah adalah dua contoh dengan pendekatan berbeda.

NATO, didominasi negara-negara Barat, berfokus pada pertahanan kolektif menghadapi agresi militer. Sementara SCO (yang melibatkan Tiongkok, Rusia, dan negara Asia Tengah) lebih menekankan kerja sama intelijen dan penanganan terorisme, separatis, serta ekstremisme.

Kajian geopolitik oleh Buzan & Waever (2003) menjelaskan bahwa persekutuan keamanan regional sangat dipengaruhi oleh sejarah konflik dan posisi geostrategis. Di Afrika, African Union (AU) membentuk Peace and Security Council untuk mengintervensi krisis di negara anggota, mencerminkan kompleksitas keamanan di benua dengan warisan kolonial yang masih membekas.

Persekutuan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

Persekutuan berbasis sumber daya alam dan lingkungan juga marak, terutama di kawasan dengan ekosistem rentan atau kekayaan alam spesifik. Negara-negara Nordik (Denmark, Finlandia, Islandia, Norwegia, Swedia) membentuk Nordic Council untuk mengoordinasikan kebijakan energi terbarukan dan perlindungan lingkungan Arktik.

Di Amazon Basin, Organisasi Perjanjian Kerjasama Amazon (OTCA) didirikan Brasil dan tujuh negara tetangga guna mengelola hutan hujan tropis terbesar dunia, mengatasi deforestasi, dan menjaga hak masyarakat adat. Menurut kajian ekologi politik, bentuk persekutuan seperti ini sering menghadapi ketegangan antara kepentingan ekonomi jangka pendek (eksploitasi sumber daya) dan keberlanjutan ekologis.

Persekutuan Budaya dan Kemanusiaan

Tidak kalah penting adalah persekutuan budaya dan kemanusiaan, yang bertujuan melestarikan identitas atau mengatasi masalah sosial bersama. Liga Arab (Arab League) adalah contoh utama, di mana 22 negara berbahasa Arab berkolaborasi mempromosikan bahasa, sastra, dan resolusi konflik di Timur Tengah.

Meski begitu, persekutuan ini kerap dinilai kurang efektif akibat perbedaan kepentingan politik antaranggota. Di Pasifik, Pacific Islands Forum (PIF) fokus pada isu khas kepulauan kecil, seperti kenaikan permukaan laut dan ketahanan pangan. Kajian antropologi menunjukkan bahwa persekutuan budaya sering kali memperkuat narasi "kesatuan regional" meski heterogenitas internalnya tinggi.

Persekutuan Digital dan Teknologi

Bentuk modern yang kini berkembang pesat adalah persekutuan digital dan teknologi, merespons revolusi industri 4.0. ASEAN misalnya, meluncurkan ASEAN Digital Community untuk harmonisasi regulasi e-commerce, keamanan siber, dan infrastruktur digital.

Di Afrika, African Continental Free Trade Area (AfCFTA) memasukkan agenda ekonomi digital untuk mengurangi kesenjangan teknologi antarnegara. Peneliti seperti Castells (2000) menilai persekutuan semacam ini mencerminkan pergeseran konsep "wilayah" dari batas geografis ke ruang virtual yang terhubung melalui data.

Bentuk Identitas Kolektif Berbasis Kedekatan Geografis

Meski beragam, semua bentuk persekutuan regional memiliki pola umum: pembentukan identitas kolektif berbasis kedekatan geografis atau kepentingan spesifik. Studi perwilayahan oleh Paasi (2003) menekankan bahwa persekutuan regional tidak hanya produk kesepakatan politik, tetapi juga hasil konstruksi sosial atas "rasa memiliki" terhadap suatu kawasan. Misalnya, Uni Eropa membangun narasi "Eropa" yang melampaui identitas nasional, sementara MERCOSUR di Amerika Selatan mengedepankan solidaritas sebagai bangsa Latin.

Kelemahan dan Kelebihan

Kelemahan utama persekutuan regional sering terletak pada ketimpangan kapasitas antaranggota. Negara maju dalam suatu blok cenderung mendominasi agenda, sementara negara kecil kesulitan menyesuaikan diri.

Kajian tentang ASEAN oleh Jones (2012) mengungkap bahwa prinsip konsensus (ASEAN Way) justru memperlambat pengambilan keputusan ketika kepentingan anggota tidak sejalan. Di sisi lain, keberhasilan persekutuan regional seperti GCC (Gulf Cooperation Council) menunjukkan bahwa homogenitas ekonomi (seperti ketergantungan pada minyak) bisa menjadi perekat, meski rawan goncangan eksternal seperti fluktuasi harga komoditas.

Dari waktu ke waktu, persekutuan regional terus berevolusi menyesuaikan dinamika global. Munculnya isu kesehatan global pasca-COVID-19, misalnya, mendorong terbentuknya Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) di Asia-Pasifik yang memasukkan kerjasama logistik vaksin. Perubahan iklim juga memicu inisiatif seperti ASEAN Coordinating Centre for Transboundary Haze Pollution untuk mengatasi kabut asap lintas batas.

Ikhtisar

Pada akhirnya, bentuk-bentuk persekutuan regional bukan sekadar alat politik atau ekonomi, tetapi cerminan cara manusia mengorganisasi diri dalam ruang yang terus berubah. Mereka memperlihatkan bahwa kolaborasi berbasis kawasan tidak hanya mungkin, tetapi juga diperlukan untuk menjawab tantangan yang terlalu kompleks untuk dihadapi sendirian.
Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama